Minggu, 31 Mei 2020

Celoteh Senja

karena dia..

Aku semakin asing saja di hadapanmu,
layaknya pertama bertemu di persimpangan jalan.
Tutur katamu yang lembut,
senyummu yang indah,
kasih sayangmu yang manja,
sekejap hilang dari pelukan..
Kedengkian dan kebencian,
serta perlakuanmu yang kasar saja yang kamu beri padaku saat ini.
Kian hari, kian tak berani aku tampakkan diriku dihadapan mu, 
kian hari keberadaanku kian tak berarti.

Aku memilih diam.
Aku menutup diri, bukan karena membenci mu.
Hanya saja, aku tak kuasa untuk memperlakukan hak yang sama padamu.
Ketika aku dalam kebingungan, ku coba bertanya padamu, namun kau mengabaikannya.
Lagi-lagi seperti itu.
Tapi tak apa! 
Kuharap namaku masih kau sebut dalam untaian do'a² mu.

Baiklah, aku lebih memilih diam.
Dan,
dalam diamku, aku coba untuk terus bertahan.
Walau terkadang bathinku berkata, sudah tinggalkan saja.
(tidak, aku bilang tidak)
Dalam diamku, aku berharap semoga semua lekas membaik.

Bagiku,
kamulah harta satu-satunya.
Percaya atau tidak tentu itu hakmu.

Sakit menyesakkan dada,
derita menderu terus berlalu.
aentah, siapa lagi yang bisa aku ajak bicara?
Semua seakan tak peduli.
Kupikir,
ini tak sebanding dengan semua perjuangan mu sejak dulu.

Ah sudahlah!
Aku kalah,
Aku menyerah saja.

Jika hanya dengan menuruti kemauanmu,
semua akan membaik,
Lakukanlah!
Aku tak mau berlama-lama hidup dalam keadaan penuh kebencian.

Jika benar semua terjadi, 
Selamat dan Berbahagialah!

Karena ku sadari,
Aku memang tak tau diri,
Aku memang tak berguna lagi,
Aku memang egois,

Maaf, 
dariku yang belum sempat membahagiakanmu.

Kurasa cukup,
Aku, pamit.